FOMO: Media Sosial Memengaruhi Kesehatan Mental

Kamu pernah dengar istilah FOMO, gak? Ternyata, melalui media sosial, FOMO bisa memengaruhi kesehatan mental, lho. Penasaran? Yuk, simak!

sekar ayu
5 min readFeb 14, 2021
FOMO memengaruhi kesehatan mental melalui media sosial
Photo by Maxim Ilyahov on Unsplash

Di zaman digital ini, media sosial tampak sulit sekali lepas dari kehidupan kita. Setiap rutinitas harian pasti kita selipkan dengan mengecek media sosial. Ketika baru bangun tidur, makan, hingga sebelum tidur. Rasanya hari tidak lengkap kalau tidak mengecek media sosial.

Namun, kamu pernah gak berhenti mengecek media sosial karena dirasa sudah cukup, lalu meletakkan handphone, kemudian meraih handphone kembali untuk membuka media sosial? Atau kamu mengecek seluruh media sosial yang kamu punya semata-mata agar kamu gak ketinggalan berita atau trend yang sedang ramai dibicarakan? Atau kamu terus menerus mengecek media sosial setiap saat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari? Bisa jadi, kamu mengalami FOMO, lho!

Lantas, apa itu FOMO?

FOMO, yang merupakan akronim dari Fear of Missing Out, adalah perasaan takut “tertinggal” informasi, trend, ataupun berita terkini terkait kehidupan orang lain. Singkatnya, FOMO merupakan rasa takut ketinggalan zaman. FOMO dapat dialami oleh siapa saja, tidak mengenal usia, jenis kelamin, atau jabatan.

Meskipun istilah FOMO baru terkenal akhir-akhir ini, ternyata peristiwa FOMO sudah ada sejak beberapa abad yang lalu. Bentuk FOMO-nya pasti berbeda dengan masa sekarang. Hal ini terbukti dengan temuan catatan-catatan kuno oleh para arkeolog. Beberapa dekade terakhir ini, barulah studi yang mempelajari FOMO bermunculan. Istilah FOMO sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Dan Herman melalui sebuah riset pada tahun 1996. Kehadiran media sosial menjadi salah satu penyebab semakin banyaknya studi tentang FOMO yang mendalam dan lengkap.

Kalau FOMO menyebabkan kita mengetahui berita terkini, bukankah berarti itu hal yang baik?

Benar, mengetahui berita terkini adalah hal yang baik. Namun, kalau dalam prosesnya menyita waktu dan mengambil seluruh perhatianmu, hanya ada hal negatif yang bisa dapatkan. Terlebih lagi, perasaan cemas dan takut sering kali datang kalau “kebutuhan” untuk mengecek media sosial tidak terpenuhi. Itu mengapa, FOMO dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.

Memangnya, apa hubungan FOMO dengan kesehatan mental?

Seperti yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya, FOMO dapat menyebabkan rasa cemas dan kekhawatiran berlebihan. Menjadikan media sosial sebagai prioritas di atas kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Kalau tidak cek sekarang, nanti bisa tertinggal informasi terbaru. Begitu pola pikirnya.

Baca juga: Perbedaan Rasa Cemas (Anxiety) dan Takut Berlebih: Dampak Bagi Kesehatan dan Cara Mengatasinya

Selain itu, pengaruh lain bisa kita tilik dari media sosial. Meskipun penyebab FOMO belum dapat dipastikan, kemungkinan besar media sosial berperan di dalamnya. Seperti yang kita ketahui, media sosial itu berjalan dua arah. Kita dapat membagikan informasi dan kegiatan yang kita lakukan, maka orang lain pun dapat melihatnya. Tanpa sadar, adanya hal ini dapat membuat kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tak jarang juga muncul perasaan iri terhadap kehidupan yang orang lain jalani.

Hanya dengan melihat aktivitas, kegiatan, maupun momen yang orang lain lakukan, kita menarik kesimpulan kalau hidupnya lebih asik, menarik, dan seru. Lalu membandingkannya dengan kehidupan diri sendiri yang tiba-tiba terasa membosankan. Untuk memenuhi kepuasan diri, semakin tenggelam dalam media sosial tampaknya lebih baik daripada menghadapi kenyataan di dunia nyata. Padahal, umumnya pengguna media sosial hanya menampilkan sisi terbaik dari dirinya.

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain dapat menimbulkan rasa minder yang menurunkan tingkat percaya diri. Rendahnya self-esteem memunculkan rasa ketidakpuasan. Ketidakpuasan itu dipenuhi dengan mengamati aktivitas orang lain yang lebih menarik. Mengamati kehidupan orang lain mengakibatkan kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Seperti siklus, terus begitu tanpa akhir.

Mengatasi rasa minder akibat FOMO

Wah, bahaya sekali, ya. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Kalau kamu merasa terlalu sering membuka media sosial dan sulit untuk berhenti serta memiliki keinginan untuk tidak kecanduan media sosial, tenang, kamu bisa mencoba langkah-langkah di bawah ini!

Melakukan Self-Acceptance

Membandingkan diri dengan orang lain pasti membuat kamu menyadari apa saja kekuranganmu, bukan? Setelah mengetahui kekuranganmu, langkah selanjutnya adalah menerima dan mengenal kelebihanmu. Dengan melakukan self-acceptance, kamu akan berpikir realistis dan menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kamu juga akan merasa lebih damai dan cukup tanpa perlu mencari kepuasan dalam kehidupan orang lain.

Baca juga: Self-Acceptance: Cara Menerima Kekurangan Diri

Membuat Jurnal Pribadi

Beberapa memori indah sepertinya lebih baik disimpan untuk diri sendiri. Kamu bisa membuat jurnal, baik digital maupun di kertas. Tanpa perlu validasi dari orang lain, kamu bisa memaknai memori itu dengan baik serta terhindar dari siklus media sosial dan FOMO.

Menjalin Hubungan dengan Orang Lain di Dunia Nyata

Ketika kamu merasa depresi dan kesepian, bertemu dan berkumpul dengan keluarga atau teman dekat secara langsung lebih “menyembuhkan” daripada berinteraksi dengan orang asing di dunia maya. Sebab, interaksi di dunia maya seperti terisolasi bersama dengan orang lain dalam ruang yang berbeda.

Tiga Strategi Melawan FOMO ala Beck

Martha Beck, seorang sosiolog dan penulis asal Amerika pernah mengungkapkan tiga strategi melawan FOMO dalam artikelnya yang berjudul Fighting FOMO: 3 Strategies To Beat Your Fear Of Missing Out. Strategi pertama adalah menyadari bahwa FOMO itu berdasar dari kebohongan. Pengguna media sosial umumnya lebih memilih mengunggah momen-momen terbaik dan mempertahankan reputasi yang baik di khalayak umum. Nyatanya, kehidupan yang kamu inginkan itu gak benar-benar ada karena apa yang ada di dunia maya hanyalah cuplikan kehidupan dari seseorang.

Strategi kedua adalah melawan FOMO dengan FOMO. Maksudnya, kita bisa mendefinisikan FOMO (Fear of Missing Out) menjadi FOMO yang lain. Misalnya menjadi Find One Magnificent Object, yaitu mencari satu saja hal yang kamu syukuri atau yang menakjubkan di sekitarmu ketika FOMO (Fear of Missing Out) menyerang. Hal itu bisa berupa kucing peliharaanmu, pemandangan langit, atau makanan buatan ibumu.

Strategi ketiga adalah stop. Berhenti. Tarik napas sejenak dan jalanilah hidup yang sedang kamu rasakan. Momen yang kamu rasakan sekarang tidak akan pernah terulang lagi. Lakukan kegiatan yang belum pernah kamu lakukan dan jalani harimu dengan produktif.

Namun, kalau cara-cara di atas tidak dapat mengatasi FOMO-mu atau kecemasan yang kamu rasakan akibat FOMO sudah mengganggu sehingga kamu tidak bisa melakukan aktivitas lain, tidak ada salahnya untuk mencoba konseling di Satu Persen. Perlu diingat bahwa kesehatan mental bukanlah hal yang sepele dan self-diagnosed tidak akan pernah membantu. Maka dari itu, konseling dengan seorang ahli dapat membantumu menghadapinya.

Selain itu, Satu Persen juga punya tes online gratis yang bisa kamu lakukan di waktu luang, lho! Tesnya beragam dan pastinya gratis untuk dicoba dari rumah selama masa pandemi ini. Ada Tes Kelebihan dan Kekuatan Diri yang bisa membantu kamu untuk self-acceptance, ada juga Tes Tipe Produktivitas untuk menunjang produktivitasmu. Menarik, bukan? Untuk mengakses tes yang lainnya bisa klik di sini!

Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa membantumu ya! Mungkin perubahannya gak instan, tapi seenggaknya berkembang Satu Persen setiap harinya menuju #HidupSeutuhnya! Terima kasih!

Referensi

Abel, Jessica P., Buff, Cheryl L., & Burr, Sarah A. 2016. Social Media and the Fear of Missing Out: Scale Development and Assessment. Journal of Business & Economics Research, vol. 14, №1, 33–44. Retrieved on 14 February 2021.

Beck, Martha. 2013. Fighting FOMO: 3 Strategies To Beat Your Fear Of Missing Out. Retrieve on February 14, 2021 from https://www.huffpost.com/entry/fomo-fear-of-missing-out_n_3685195

Scott, Elizabeth. 2020. How to Deal With FOMO in Your Life: The Origin of FOMO and How It Affects Our Health. Retrieve on February 14, 2021 from https://www.verywellmind.com/how-to-cope-with-fomo-4174664

Sumber Gambar

#MentalHealthRangerSatuPersen

#HidupSeutuhnya

#FearOfMissingOut

--

--

sekar ayu

sekar's soliloquy; currently learning how to write and tell stories better.